Assalamualaikum..

Sayang, marah, benci, rindu padanya. saat seperti itu ingin rasanya ku utarakan perasaanku pada seseorang, namun saya bingung pada siapa harus ku utarakan. . .
Akhirnya pada lembar blog ini saya dapat mengutarakan seisi perasaan saya selain itu juga saya bisa berbagi kreasi dengan teman-teman...

Tank's to dia. . .

Sabtu, 30 April 2011

KARENANYA


 Aku hanya manusia biasa yang akan terus merasa sakit jika tidak dianggap keberadaanya oleh seseorang yang dicintai, karenanya aku terus berusaha untuk terus mendapat perhatianya. Namun apa yang aku perbuat sedikitpun tidak mendapat respon yang positif. Aku seorang munafik yang tidak dapat menerima kenyataan siapalah aku dan siapa dia yang terlalu istimewa bagiku, namun aku sangat bersyukur karena terlahir sebagai manusia bodoh yang tak pernah mengerti bahwa dia sama sekali tak pernah menganggap aku ada.

            Dengan kebodohan ini aku terus mencintainya, walau harus berkali-kali merasa terpuruk saat mendengar kebahagiaannya dengan orang lain. Saat-saat seperti itu aku lari untuk bermimpi karena dengan bermimpilah aku dapat merasakan kebahagiaan mereka, dan dengan bermimpi aku mampu memiliki dia seutuhnya, dengan bermimpi aku mampu mendengar kata manjanya setiap saat, dengan bermimpi aku dapat melihatnya tersenyum manis untukku. Karenanya aku mohon jangan pernah bangunkan aku dari mimpi itu, aku tak sanggup jika harus menerima kenyataan pahit ini.
           
            Mungkin benar jika seseorang tidaklah harus mengerti tentang perasaan orang lain, hingga aku tak pernah sadar bahwa sedikitpun dia tak memiliki rasa untukku, dan sedikitpun dia tak pernah menghiraukan apa yang aku rasakan, atas dasar itulah aku terus melakukan kesalahan yang dianggapnya fatal, karena dengan begitulah dia bergejolak menganggap keberadaanku, walau hadirku pada situasi seperti itu sebagai orang yang dibencinya, namun saat dia membenciku aku sedikit merasa bahagia, karena dengan dia membenci aku bearti dia menganggap keberadaanku, walau sebatas sesosok orang yang menjijikan.

            Jika aku mampu untuk menentukan siapa orang yang harus aku cintai, takan ku cintai dia, karena terlalu lelah untuk terus bertahan pada satu harapan, namun hati ini memilihnya, aku tak sanggup menyetir perasaanku untuk tidak mencintainya. Walau aku sadar sampai kapanpun dia tak mungkin aku miliki.

Tanpa munafik setiap orang yang mencintai pasti ingin memiliki, ingin terus bersamanya, ingin merajut kebahagian dengannya, dan saling mewarnai hidup antaranya.

            Aku takan berhenti mencintainya sebelum aku melihat dia benar-benar bahagia dengan pilihanya. Untuk itu akan terus aku tahan rasa sakit ini.

Rabu, 27 April 2011

Dia

Ku coba melawan hati meski hati tak mampu
Saat ku coba melupakanmu
Da sesak di jiwaku yang tak mampu terucap
Kadang hatiku menjerit pilu
Dan seolah kau ya pernah peduli
Kau yang membuatku sesak
Tlah banyak kepimgan hati
Yang ta mampu kurenda

Selasa, 05 April 2011

Cerpen (Nur)

Nur
Hari minggu Avi lebih memilih menemani Nur. Pembantunya yang sudah dianggap kakanya sendiri itu, menjaga rumah dengan sibuk ol Jejaring Sosial Facebook, diteras depan rumahnya.
“Non, sebelum non lahir nur udah kerja disini, tentunya non ngargainkan kerja keras Nur selama ini”. Dengan wajah memelas ucapnya pada Avi anak majikan yang duduk dikelas 1 SMP.
“Ko, Mba Nur ngomognya gitu sih, emang mba lagi butuh duit ya?”. Tanya Avi pada pembantu sekaligus baby sisternya itu yang semakin lama semakin berkaca-kaca matanya.
“Kalo emang begitu nanti saya ngomong sama mama, emangnya gajih mba mau diambil berapa bulan?”. Lanjut tanya Avi.
“Nggak non, aku malu sama teman-teman diluar sana, sama Atun, sama Roh, pokoknya sama semuanya yang setiap belanja sayur di Mang Japar pasti ngomongin itu, lah wong si Ujang aja supir non udah punya”. Nyrocos terus si Nur ini dengan membendung air mata yang nggak tertahan.
“Aduh mbak-mbak, mbak tahukan Avi ini baru kelas 1 SMP, ya secara teman-teman Avi juga sama, masa mbak mau pacaran sama anak kecil sih?”. Tanya Avi pada pembantunya yang bersamaaman duduk diteras itu.
“Bukan pacar non!”. Jawab Nur seraya menatap mata Avi dengan wajah yang kian sedih.
“Aduh makin nggak ngarti dech, embak itu maunya apa?”. Tanya Avi pada pembantu orang tuanya itu.
“Nur juga kan manusia bisaa yang juga punya keinginan kayak orang-orang.” Lanjut Nur, dan Avi terbawa emosi matanyapun mulai berkaca-kaca.
“Iya Mbak, makanya ngomong, biar Avi bisa Bantu. Jawab Avi, kali ini tegas.
“Nur kepengin punya Facebook”. Jawab nur dengan nada lirih.
“Oh, itu gampang mba ntar Avi buatin”. Jawab Avi dengan setengah mati menahan ketawa karena mendengar keinginan pembantunya itu.
“Oh ya non, tar pake nama apa yah, jangan pake nama nur dong jelek, pake nama samaran ya non?” dengan sumringah dan penuh semangat empat lima Nur meneruskan keinginannya secara lisan kepada anak majikanya itu. Tambah geli Avi mendengarkan srentetan keinginan Nur.
“Oya non satu lagi, nanti bilangin sama Ibu yah Nur minta gajih nur kira-kira cukup buat beli hape blackbary biar bisa facebookan gitu” “padahal facebookan nganggo hp lempung be bisa ya”.
“Iya-iya mbak”
Bergegas Avi membunyikan musik di HPnya dan pergi.
“Bentar Mbak, ada telpon”. Bergegas Avi pergi menjauh dari Nur, setelah dianggapnya aman untuk ketawa, terbahak-bahak Avi dengan terus membesarkan volume handphonenya agar Nur tidak mendengar bahakanya itu, untuk menjaga perasaanya.
“Ya udah, nanti Avi buatin”. Jawab Avi setelahnya puas ketawa.
“Oh ya, Mbak, Mbak Nur tanggal, bulan, tahun lahirnya berapa?”. Tanya Avi pada Nur.
“Emang perlu ya non?”
“Iya mbak perlu, buat infonya sih?”. Jawab Avi.
“Aduh berapa yah, Nur nggak ngarti non, ohya biar nur telpon sama om Nur dikampung soalnya dia yang nyimpen akta kelahiran Nur.
Bergegas Nur menelpon.
“Halo Um, um nur mau tanya tanggal lahir nur berapa yah?, penting benget ni Um, coz nur mau buat FB, kata non Avi sih buat infonya gitu”
“FB apan Nur?”. Tanya Um dalam telepon.
“Ituloh Um Jaringan Sosial yang pake Internit”. Jawab Nur atas pertanyaan Umnya.
“Loh mau buat ternit kok pake tanggal lahir segala, maksudmu mau ditulis di ternitnya gitu tanggal lahir kamu?”. Tanya heran Um pada nur.
“Bukan, udahlah, mendingan dilihat akta kelahiran Nur ntar di SMSin tanggal lahir Nur ya, Um. Pulsa Nur udah mau abis nih, Assalamualaikum.
Mendengar percakapan Nur yang begitu semangat dangan omnya membuat gelinya kembali.
“Non facebook sebenarnya apa sih non”. Tanya Nur pada Avi.
“Mmmbreeet”. Avi menahan ketawa.
“Bla-bla-bla” Avi menjelaskan tentang Facebook kepada Nur.
“Berarti kalau gitu, nanti Bio sama minatnya pake bahasa inggris ya non, kan non sendiri yang bilang bisa aja hubungan sama orang luar”
Haduh tambah dikocok perut Avi oleh Nur.
“Gampang-gampang bisa diatur, udah ah nur ada urusan”. Seenaknya Nur maninggalkan anak majikanya.
ini orang tadi nangis-nangis minta dibantuin, sekarang sok-sokan nggak butuh”, batin Avi berucap.
Malam harinya Avi menceritakan kejadian tersebut pada kakanya dikamar, kakanya pun terbahak-bahak.
“Kak namanya apa yah, FBnya Nur?” tanya Avi pada kakanya.
“Em… Nur, gimana kalau Cahaya?” kaka Avi menyarankan.
“Wah bagus tuh, nur pasti sumrngah, tapi terlalu keren kak, tidak sesuai sama orangnya” Jawab Avi, mengajukan pendapatnya.
“makamnya biar sesuai sama orangnya ditambahi Gendeng untuk nama belakangya”. Ujar kaka AVi
“Jadi Cahaya Gendeng donk” keduanya kompak menyeru nama baru pembantunya itu.
“Ha…ha…ha…” keduanya terbahak dan terus bercanda menyela-nyela pembantunya hingga lelap.