Assalamualaikum..

Sayang, marah, benci, rindu padanya. saat seperti itu ingin rasanya ku utarakan perasaanku pada seseorang, namun saya bingung pada siapa harus ku utarakan. . .
Akhirnya pada lembar blog ini saya dapat mengutarakan seisi perasaan saya selain itu juga saya bisa berbagi kreasi dengan teman-teman...

Tank's to dia. . .

Selasa, 05 April 2011

Cerpen (Nur)

Nur
Hari minggu Avi lebih memilih menemani Nur. Pembantunya yang sudah dianggap kakanya sendiri itu, menjaga rumah dengan sibuk ol Jejaring Sosial Facebook, diteras depan rumahnya.
“Non, sebelum non lahir nur udah kerja disini, tentunya non ngargainkan kerja keras Nur selama ini”. Dengan wajah memelas ucapnya pada Avi anak majikan yang duduk dikelas 1 SMP.
“Ko, Mba Nur ngomognya gitu sih, emang mba lagi butuh duit ya?”. Tanya Avi pada pembantu sekaligus baby sisternya itu yang semakin lama semakin berkaca-kaca matanya.
“Kalo emang begitu nanti saya ngomong sama mama, emangnya gajih mba mau diambil berapa bulan?”. Lanjut tanya Avi.
“Nggak non, aku malu sama teman-teman diluar sana, sama Atun, sama Roh, pokoknya sama semuanya yang setiap belanja sayur di Mang Japar pasti ngomongin itu, lah wong si Ujang aja supir non udah punya”. Nyrocos terus si Nur ini dengan membendung air mata yang nggak tertahan.
“Aduh mbak-mbak, mbak tahukan Avi ini baru kelas 1 SMP, ya secara teman-teman Avi juga sama, masa mbak mau pacaran sama anak kecil sih?”. Tanya Avi pada pembantunya yang bersamaaman duduk diteras itu.
“Bukan pacar non!”. Jawab Nur seraya menatap mata Avi dengan wajah yang kian sedih.
“Aduh makin nggak ngarti dech, embak itu maunya apa?”. Tanya Avi pada pembantu orang tuanya itu.
“Nur juga kan manusia bisaa yang juga punya keinginan kayak orang-orang.” Lanjut Nur, dan Avi terbawa emosi matanyapun mulai berkaca-kaca.
“Iya Mbak, makanya ngomong, biar Avi bisa Bantu. Jawab Avi, kali ini tegas.
“Nur kepengin punya Facebook”. Jawab nur dengan nada lirih.
“Oh, itu gampang mba ntar Avi buatin”. Jawab Avi dengan setengah mati menahan ketawa karena mendengar keinginan pembantunya itu.
“Oh ya non, tar pake nama apa yah, jangan pake nama nur dong jelek, pake nama samaran ya non?” dengan sumringah dan penuh semangat empat lima Nur meneruskan keinginannya secara lisan kepada anak majikanya itu. Tambah geli Avi mendengarkan srentetan keinginan Nur.
“Oya non satu lagi, nanti bilangin sama Ibu yah Nur minta gajih nur kira-kira cukup buat beli hape blackbary biar bisa facebookan gitu” “padahal facebookan nganggo hp lempung be bisa ya”.
“Iya-iya mbak”
Bergegas Avi membunyikan musik di HPnya dan pergi.
“Bentar Mbak, ada telpon”. Bergegas Avi pergi menjauh dari Nur, setelah dianggapnya aman untuk ketawa, terbahak-bahak Avi dengan terus membesarkan volume handphonenya agar Nur tidak mendengar bahakanya itu, untuk menjaga perasaanya.
“Ya udah, nanti Avi buatin”. Jawab Avi setelahnya puas ketawa.
“Oh ya, Mbak, Mbak Nur tanggal, bulan, tahun lahirnya berapa?”. Tanya Avi pada Nur.
“Emang perlu ya non?”
“Iya mbak perlu, buat infonya sih?”. Jawab Avi.
“Aduh berapa yah, Nur nggak ngarti non, ohya biar nur telpon sama om Nur dikampung soalnya dia yang nyimpen akta kelahiran Nur.
Bergegas Nur menelpon.
“Halo Um, um nur mau tanya tanggal lahir nur berapa yah?, penting benget ni Um, coz nur mau buat FB, kata non Avi sih buat infonya gitu”
“FB apan Nur?”. Tanya Um dalam telepon.
“Ituloh Um Jaringan Sosial yang pake Internit”. Jawab Nur atas pertanyaan Umnya.
“Loh mau buat ternit kok pake tanggal lahir segala, maksudmu mau ditulis di ternitnya gitu tanggal lahir kamu?”. Tanya heran Um pada nur.
“Bukan, udahlah, mendingan dilihat akta kelahiran Nur ntar di SMSin tanggal lahir Nur ya, Um. Pulsa Nur udah mau abis nih, Assalamualaikum.
Mendengar percakapan Nur yang begitu semangat dangan omnya membuat gelinya kembali.
“Non facebook sebenarnya apa sih non”. Tanya Nur pada Avi.
“Mmmbreeet”. Avi menahan ketawa.
“Bla-bla-bla” Avi menjelaskan tentang Facebook kepada Nur.
“Berarti kalau gitu, nanti Bio sama minatnya pake bahasa inggris ya non, kan non sendiri yang bilang bisa aja hubungan sama orang luar”
Haduh tambah dikocok perut Avi oleh Nur.
“Gampang-gampang bisa diatur, udah ah nur ada urusan”. Seenaknya Nur maninggalkan anak majikanya.
ini orang tadi nangis-nangis minta dibantuin, sekarang sok-sokan nggak butuh”, batin Avi berucap.
Malam harinya Avi menceritakan kejadian tersebut pada kakanya dikamar, kakanya pun terbahak-bahak.
“Kak namanya apa yah, FBnya Nur?” tanya Avi pada kakanya.
“Em… Nur, gimana kalau Cahaya?” kaka Avi menyarankan.
“Wah bagus tuh, nur pasti sumrngah, tapi terlalu keren kak, tidak sesuai sama orangnya” Jawab Avi, mengajukan pendapatnya.
“makamnya biar sesuai sama orangnya ditambahi Gendeng untuk nama belakangya”. Ujar kaka AVi
“Jadi Cahaya Gendeng donk” keduanya kompak menyeru nama baru pembantunya itu.
“Ha…ha…ha…” keduanya terbahak dan terus bercanda menyela-nyela pembantunya hingga lelap.