Assalamualaikum..

Sayang, marah, benci, rindu padanya. saat seperti itu ingin rasanya ku utarakan perasaanku pada seseorang, namun saya bingung pada siapa harus ku utarakan. . .
Akhirnya pada lembar blog ini saya dapat mengutarakan seisi perasaan saya selain itu juga saya bisa berbagi kreasi dengan teman-teman...

Tank's to dia. . .

Kamis, 10 Februari 2011

Jarat


Ayunan sepeda Jarat kian laju terpacu perutnya yang terus gemelutuk, inginnya cepat sampai rumah dan sesegera mungkin menyantap sajian yang terhidang di meja makan, dalam ayunan tiap ayunan dari sekolah menuju kediamannya yang dilalui Jarat diiringi terik sinar matahari yang dahsyat terasa begitu menyengat hingga badannya basah kuyup berkeringat.
“Waduh sial, kok nggak da apa-apa ya” ucapnya lirih ketika memBuka tutup saji di meja makan.
“Kamu sudah pulang, nak?” Tanya IBu Jarat
“Ya, seperti yang IBu lihat!” jawab Jarat sedikit kesal.
“Kalau kamu mau makan. Nanti IBu mainta ke nenek ya nak?”
“Nggak usah Bu, jarat belum lapar, nanti barang kali Bapak pulang bawa makanan. Kayaknya  lebih enak, iyakan Bu?” Balik Tanya Jarat menangkis tawaran IBunya.
“Ya udah Bu, Jarat mau mandi dulu biar seger”
“Iya nak, setelah itu jangan lupa sholat yah, nak”
“Beres Bu” Jawab Jarat berusaha bangkit dari murung, dihadapan IBunya, sementara mata Jarat yang membendung air mata tak lagi terhindari.
“Ya, Allah Kenapa kau beri keluarga hamba cobaan yang tak pernah berujung, apakah engkau tidak ridho melihat keluarga hamba menikmati rizkimu, jika engkau tak mengizinkan hamba untuk mendapat rizki darimu, tetapi hamba mohon berikanlah sedikit dari kasihmu untuk anak hamba. Hamba tak kuasa melihat anak hamba harus terus menerus menahan lapar, hamba ingin anak hamba seperti anak-anak orang diluar sana….”
“Yang sabar yah, Bu. Dibalik semua ini pasti Allah memiliki rencana yang mulia untuk keluarga kita, Jarat ikhlas Bu menerima semua ini” jawab Jarat ketika masuk ke ruang sholat kelurga dan tidak sengaja mendengar panjatan do’a IBunya setelah selesai sholat. Seraya merangkul. Penuh dengan paduan dua suara tangis yang tak kuasa terkendali.
Seperti biasa jarat bagun pagi dan berkemas untuk pergi kesekolah tanpa harus menuntut apapun dari orang tuanya.
“Jarat, ini kenapa Buku kamu campur-campur!, bagaimana kamu sekolah mau bisa pintar!, kalau bukumu saja semrawud begini”. Tanya guru sosiologi Jarat saat menemui buku siswanya yang tidak efektif dalam pencatatan. Ketika pengecekan menjelang Ujian Mid semester pertama.
“Maaf pak nanti saya perbaiki…” Jawab Jarat dengan lirih
“Tapi kamu janji!”
“Baik Pak”
“Ya sudah, ini bukumu. Sekarang kembali ketempat dudukmu”
“Anak-anak jangan tiru Jarat!, bukunya semrawud nggak karuan, bagaimana sekolahnya mau masu!. Kalau catatanya saja nggak karuan begitu!”. Menasehati semua siswa dalam kelasnya dengan penuh semangat bak era empat puluh limaan.
Jarat yang memang pendiam sengaja tidak mendengarkan ucapan gurunya.
Berulang kali teguran dari guru-guru meluncur ke telinga Jarat, Jarat hanya bisa berjanji akan merapikan tulisan dalam buku catatan untuk masing-masing mapel.
“Anak-anak!. Dua hari lagi kita akan menghadapi ulangan mid semester, jadi untuk semuanya di persiapkan , dari mulai materi belajar kalian, administrasinya. Begitu ya, nak”
“Hu…uuu….” sorak siswa dalam kelas setelah mendengar ceramah mengenai pelunasan Administrasi.
“Eh, Rin. Kamu liat Jarat ngak”.
“Nggak tuh”. Jawab Aya dengan santai
“Eh, tapi ini kan lagi ulangan, kira-kira jarat masuk ruang berapa ya?, ko ngak kelihatan, ya?” apa jangan-jangan dia nggak bertangkat?”. Lanjut Aya setelah sadar saat in sedang ulangan Mid semester.
“Itu dia masalahnya, Aya…” jawab Ririn merespon Aya.
“Ya udah coba kita cari!” Kata Aya bersemangat.
Berkeliling dari satu teman keteman lainya tidak menemukan kepastian dimana Jarat berada.
“Jarat, kenapa lagi ulangan, kok kamu nggak berangkat?”. Tanya Aya ketika pulang sekolah mampir kerumah Jarat.
“Lagi Nggak enak badan, ya”. Jawabnya singkat.
“Tapi kelihatanya, kamu sehat-sehat aja tuh. Kayaknya nggak ada tanda-tanda orang lagi sakit.
“Apa urusanmu!”. Seraya berajak dari bangku meninggalkan aya di ruang tamu menuju ke kamar.
“IBu atas nama Jarat minta maaf yah, nak?”. Ucapnya mengagetkan dengan muncul tiba-tiba.
“Oh, Nggak pa-pa, Bu”.
“Memang Jarat anaknya susah utnuk bergaul, dia selalu minder kalau bareng-bareng sama temannya”. Jelas IBu Jarat kepada Aya. “Mendingan kamu sekarang pulang, nak. Bukan bermaksud IBu mengusir kamu, tetapi kayaknya mau hujan nanti kamu kebasahan”.
“Kabasahan bagaimana, Bu, kan saya didalam rumah IBu?”.
“Kamu lhat keatas, atap guBug ini semuanya bocor”.
“Tapi saya masih kepengin ngomong banyak sama Jarat. Bu!”. Tegasnya sedikit memaksa.
“Percuma, nak. Jarat nggak bakalan mau menemui kamu lagi, dia menganggapnya ini nggak penting”.
“Oh, gitu yah, Bu!”. Jawabnya sedikit kecewa karena IBu Jarat tidak mengizinkannya untuk menunggu Jarat menemuinya lagi.
“IBu sekali lagi minta maaf yah, nak”. Ucap iBu seraya mengantarkan Aya keluar dari pintu rumahnya”.
“Nggak pa-pa kok, Bu. Assalamu’alaikum”. Ucap Aya seraya mencium tangan IBu Jarat bermaksud berpamitan.
“Wa’alikum salam”.
Di teras sekolah setelah selesai mengerjakan soal pada jam Ulangan pertama.
“Rin, tahu nggak kemarin aku kerumah Jarat…”
“Trus-trus kamu ngapain aja sama dia, gitu-gituan nggak”. Dengan antusiasnya dan penasaranya Ririn merespon berita Aya.
“Apaan kamu ini, saya belum selesai ngomong juga!, bikin emosi aja ini anak!”.
“Ya maaf deh…, trus gimana?”
“Makanya dengerin dulu, Jarat itu orangnya tertutup yah…”
“Tapikan dia ganteng, pinter, aduh aku mau tuh jadi cewekya” Jawab Ririn kembali memutus pembicaraan Aya.
“Eh…! Sekali lagi kamu potong pembicaraanku. Aku mutilasi lidahmu!”
Bla-bla-bla mereka asyik menggosip, tak terasa waktu pelajaran berikutnya dimualai dan mereka harus mengakhiri pembicaraannya.
“Ya, kita main ke rumah Jarat, yuk. Aku kangen dua hari saja nggak melihatnya kayanya sudah berapa tahun tau”. Ajakan Ririn kepada Aya.
“Ok, deh. Biyar kamu nyaksiin langsung kayak apa kalau Jarat dirumah”. Aya menerima ajakan Ririn.
“Yang pasti tambah ganteng kali, ya”. Ucap Ririn seraya menyoleh Janggut Aya.
“Sotoy…!. Ayo caBut”. Ujar Aya seraya menstater metiknya.
Sesampainya di Rumah Jarat, Ririn melihat-lihat ruang tamu Jarat yang Nampak sempit dan dikelilingi anyaman bamBu sebagai dindngnya.
“Ya, rumah Jarat begini banget sih ya, kok kamu kemarin nggak bilang”. Bukanya sesambil terus melihat disekelilingnya.
“Emang penting yah?”. Balik Tanya aya atas pertanyaan konyol Ririn.
“Ehem…! Udah puas ngejeknya…!”. Tegur Jarat pada Aya dan Ririn. Etika hadirnya di ruang tamu secara tiba-tiba.
“Mau apa lagi sih, kalian kesini!”, ajak aja semua teman-teman kerumahku, biar semua bisa menertawakanku!”
“Kamu ngomong apaan sih, aku di ajak Ririn…”. Jawab Aya dengan lirih.
“Besok ngomong diajak siapa lagi…!”. Terus Jarat, menyangkal.
“Jarat yang ganteng, Jangan marah-marah gitu dong?”. Cleneh Ririn menyanggahi ucapan Jarat.
“Udah kamu diem…!” Kian memuncak emosi Jarat pada Rirn.
“Jar…”. Tak sempat rucap kata oleh Ririn.
“Jarat aku pengin kamu jawab jujur yah?”. Tanya Aya memotong omongan Ririn.
“Kemarin kan aku udah Jelasin!, udah ah!, aku belum sholat, aku mau sholat dulu”. Jarat meninggalkan tamunya lagi, dan IBunya menghampiri mereka, seraya meminta maaf atas nama Jarat.
“Begini nak, Jarat nggak berangkat, dan tidak mengikuti ulangan itu karena semua tagihan sekolahnya masih kosong, belum ada yang dibayar sama sekali”.
“IBu Juga nggak tahu harus bayar pake apa”. Lanjut IBu Jarat.
Hari kelima dalam Ulangannya Jarat mendapat surat panggilan dari sekolahnya, berisikan tentang diperbolehkanya Jarat mengikuti Ulangan Mid yang sedang berlangsung.
“Hai…” sapa Ririn dengan mata berkedip, berkali-kali.
Tanpa respon Jarat meneruskan langkah kakinya menuju keruangan dimana ia harus mengikuti Ulangan.
“Untung ada kamu, ya, jadi Jarat kyu …bisa ikut ulangan dech, tapi kamu uang dari mana bayarin uang sekolah Jarat”
“Hust…., diem entar Jarat denger”. Kata Aya pelan, menghentikan ocehan Ririn.
Jarat menghentikan langkahnya sesaat berbalik badan menghadap mereka berdua
“Aya, nanti pulang sekolah tunggu aku dirumah kamu!, sekarang aku minta alamat rumahmu!”
“I...iya”. Jawab Aya mengheran tercampur rasa takut, dan teraduk-aduk rasa penasaran apa maksud Jarat mau main kerumah.
“Aduh bakalan ada yang seru nih, entar dirumah Aya, ya setidaknya ci…”
“Diem kamu!”. Potongan Aya atas ucapan Ririn seraya memBungkam mulut Ririn.
“Nih”. Aya memberikan kartu nama Ayahnya bermaksud menunjukan alamat rumahnya.
Sesampainya di rumah Aya, dipersilahkanlah Jarat oleh pembantu rumah tangga keluarga Aya.
“Duduk dulu den, saya panggilkan non Aya-nya”.
“Iya, bi. Terimakasih”. Jawab Jarat sopan.
Duduknya Jarat diruang tamu Aya sambil melihat-lihat kehalaman depan rumahnya yang terlihat Asri, dan menikmati ruang tamunya yang sejuk karena hemBusan AC, memBuat Jarat mengantuk.
Melihat Jarat tertidur lelap, Aya tidak berani membangunkan Jarat, mungkin karena kelelahan dalam perjalanan dari sekolah menuju rumahnya atas dasar itu Aya tidak membangunkan Jarat.
Ini anak narsis juga yah, bisa-bisanya tidur dirumah orang segampang itu” batinya bicara merespon penglihatanya ketika melihat Jarat tertidur lelap.
‘Tapi kalu dilihat-lihat, ini anak ganteng jua, bener kata Ririn. Ah mendingan aku duduk disitu’. Aya pun memilih untuk duduk di depan bangku yang sedang ditiduri Jarat.
Waktu berlalu begitu cepat, karena Aya keasikan terus memandangi Jarat yang lagi ketiduran, sementara Jarat tidur nyanyak terasa begitu nyaman di sofa yang empuk, ruangan ber-AC.
“Jarat..Jarat…!” sudah sore, kamu nggak pulang?” Tanya Anya seraya membangunkan Jarat dengan mengepuk tangan Jarat pelan-pelan”.
Terperanjat Jarat kaget melihat dihadapnya ada Aya.
“Lho kenapa kamu disini?”. Tanya Jarat belum sadar sempurna setelah bangun tidur.
“Kamu tadi ketiduran dirumahku, aku seneng banget kamu main kerumahku”. Jawab Aya menjelaskan.
“Ma…maaf. Ya”. Jawab jarat merasa bersalah atas kelalaiannya dalam etika bertamu bertamu.
“Nggak pa-pa kok Rat, santai Aja lagi, Ayah dan IBu aku aja nggak keberatan ko”.
“Oh, ya benar kamu yang bayarin uang sekolah aku?”. Tanya Jarat setelahnya sadar maksud kedatangannya kerumah Aya.
“Nggak, aku uang dari mana coba?”. Les Aya.
“Aku udah tau semua, sekarang ni sepeda aku aku titipkan ke kamu, karena aku nggak mungkin bisa bayar sekarang, terima kasih atas bantuanmu”.
Aya nggak bisa menolak kemauan Jarat, karena takut menyinggung perasaanya. Jarat begitu saja pergi setelah berpamitan kepada kedua orang tua Aya dan minta maaf atas kelalaiannya karena tidur dirumah Aya.
Baru keluar dari pintu gerbang, Aya menyusul menggunakan metiknya.
“Jarat aku antar…!. Teriak Aya menawarkan pada Jarat.
“Nggak usah”. Aku bisa pulang Jalan kaki kok”.
“Ayu, Nggak pa-pa, Anggep aja aku ojekmu”. Desak Aya memaksa
“Aku nggak ada duit Buat bayar ojek..!”. sahut menyahut bak tukang ojek sama sasaran penumpangnya seraya Aya mengegas pelan laju metiknya.
“Bayarnya nanti. Sekalian kamu teBus sepeda kamu”
Karena Aya terus memaksa dan Jarat pikir hari sudah hampir malam, Jarat mau menerima tawaran Aya.
“Terima kasih atas bantuanmu, aku nggak akan lupa, atas semua hutang-hutangku!”. Ucap jarat seraya menerima pamit Aya.
“Jar…”. Panggil Aya pelan dan irih
“Yah, ada pa!”. sahut Jarat.
“A…Aku, mau pamitan sama kamu boleh nggak?”. Berusaha menjelaskan apa maunya.
“Bukanya tadi Udah”. Tegas Jarat.
“Iya… tapi boleh nggak aku. Sa…salaman sama kamu?”. Mintanya begitu ragu dengan suara bergetar”.
“Tapi kalau nggak boleh juga ngga pa-pa kok, ya udah aku permisi”, lanjutnya begitu gugup seraya membelokan metik merah muda-nya yang kerap diseBut pink.
Langsung saja Aya Jalan melaju agak kencang, karena gerogi Ia menabrak tembok rumah tetangga Jarat di gang keluar rumah Jarat.
‘Gubrak’ suara kecelakaan kecil metik Aya.
“Aduh”. Jerit Aya kesakitan.
“Kamu nggak pa-pa ya, sekarang masuk dulu kerumah, biar bisa dilihat kondisimu?”. Tanya Jarat kawatir.
“Ia deh, kaki ku juga sakit banget”. Ucap Aya seraya menerima tawaran Jarat.
“Aw…aw…pedih, Rat…!”. Sedkit teriak Aya selagi diobati oleh Jarat.
“Tahan sebentar, biar obatnya rata”. Oceh Jarat udah kayak dokter spesialis kecelakaan kecil aja.
Setelahnya selesai Aya minta minum kepada Jarat, dan jarat mengambilkan minum untuk Aya. Segelas Air putih yang nggak begitu putih karena gelasnya terdapat karat-karat bekas air teh.
“Aduh…!”. Aya kesakitan seraya mengucek-ngecek matanya.
Ada apa lagi!”. Tanya jarat dengan tegag.
“Ini mataku kelilipan” Jawab Aya atas pertanyaan Jarat. “Bisa minta tolong nggak. Tiupin dongk..” Lanjut Aya dengan nada begitu lirih dan berharap akan dibantunya.
“OK. Dkesinikan matamu!”. Ujar Jarat
“Srut..srut”. Dua kali jarat mata Aya, penglihatannya mengarah salah. Melihat bibir Aya yang merah merona, dan sesekali melihat mata Aya yang berbinar-binar penuh harapan.
Entah apa yang akan terjadi setelah ini, saat ini tak akan diketahui apa yang terjadi bahkan mungkin tak akan pernah diketahui apa yang diperBuat Aya dan Jarat saat ini.
“Jarat…” sapa Aya dipagi hari bermaksud mengajak Jarat meluncur bareng kesekolah.
“Kamu kesini mau apa!”. Tanya Jarat ketika melihat Aya di hadapanya saat keluar dari pintu, sesaat akan berangkat sekolah.
“Berangkat bareng yuh”. Ajak Aya.
“Mendingan kamu berangkat sendiri aja. Aku bisa berangkat sendiri kok!”
Karena Aya terus memaksa dan berbagai trik udah dikeluarkannya untuk mengajak Jarat. Akhirnya Jarat menerima ajakan Aya.
“Jarat, aku minta maaf yah, tentang semalam…” Ujar aya memBuka pembicaraan dalam perjalanan.
“Aku mau, ini pertama dan yang terakhir kalinya kamu berangkat bareng aku, dan Anggep semalam tidak terjadi Apa-apa!”.
“Tapi…, e…emangnya semalam kamu tidak merasakan apa-apa” Ujar aya lirih dan terbata-bata.
“Oh!. Jelas aku ngrasa. Ngrasa nyesel!”
“Oh…. Gitu, maaf yah… aku berharap lebih, Aku janji akan lupain semua yang terjadi!”. Lanjut Aya dengan nada sedih.
“Kamu nggak perlu nglupain apa-apa!, karena memang antara kita nggak ada apa-apa!”.
“Segitu keraskah, hati kamu rat!”. Tegas Aya menegaskan
“Nggak penting banget sih ngomongnya!, udah diem!. Jalanin motor aja yang bener!”
“OK!”.
Setengah perjalanan mereka dilalui dengan membsu yang disaksikan hemBusan suara metik Aya.
Seperti yang biasanya ada, setelah usai ulangan para siswa asyik dengan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar